BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Waham adalah merupakan suatu gangguan perubahan proses pikir, yang menurut para ahli dan literatur waham dapat diartikan sebagai berikut :
a. Waham adalah suatu kepercayaan yang salah atau bertentangan dengan kenyataan dan tidak tetap pada pemikiran seseorang dan latar belakang sosial budaya. (Rawlin, S.P. 1951)
b. Waham adalah suatu kenyataan / pendapat yang salah atau tidak sesuai dengan fakta, kultur, tidak dapat diterima orang lain dan sulit dikoreksi. (Pusdiknakes Depkes RI. 1990).
c. Waham adalah keyakinan tentang isi pikir yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya, walaupun dibuktikan kemustahilannya itu (Maramis, WF).
d. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan. (Harnawatiaj, 2008)
e. Waham agama adalah orang yang percaya bahwa dia menjadi kesayangan supranatural dan atau alat supranatural, waham agama juga dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh yang maha kuasa atau menjadi utusan yang maha kuasa. (www.google.com/pengertian+waham+agama/060209)
2. Etiologi
Penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori berikut ini :
a. Teori psikodinamik
Perkembangan emosional yang tertunda karena kurangnya stimulus atau perhatian pada masa maternal. Pada masa bayi tidak mendapatkan perasaan rasa aman dan tidak bisa menunbuhkan dasar percaya, ego yang rapuh menyebabkan gangguan harga diri, perasaan putus asa, takut dan ansietas. Mekanisme yang biasa digunakan adalah dengan cara memproyeksikan sebagai pertahanan untuk melawan perasaan tersebut.
b. Teori biologi
Hal ini muncul karena adanya beberapa sumber kekuatan atau pengaruh dari beberapa penyakit yang diderita individu yang keluarganya mempunyai gejala dari penyakit yang sama.
c. Teori dinamika keluarga
Teori ini mempercayai bahwa seseorang dengan gangguan skizofrenia paranoid, orangtua yang jauh, kaku menuntuk, perfeksionis, pemarah, perasaan yang berlebihan tentang self infortance
3. Tipe-tipe Waham
Waham dapat dibagi atas beberapa tipe, yaitu :
a. Menurut Doenges, M (1988, hal: 204)
1) Erotomatik
Waham tentang seseorang yang mencintai orang lain yang statusnya lebih tinggi.
2) Grandeus
Waham tentang kekuatan pengetahuan diidentifikasi khusus atau hubungan khusus dengan orang terkenal.
3) Jealous
Waham tentang seseorang yang merasa partner seksnya tidak setia.
4) Persecution
Keyakinan atau kepercayaan seseorang bahwa ada orang lain yang merusak kebahagian atau berbuat jahat pada dirinya.
5) Somatik
Waham yang timbul karena beberapa penyakit fisik atau timbulnya abnormalitas fisik.
b. Menurut Harbert
1) Waham kejar
Waham tentang seseorang yang merasa ada orang lain atau komplotan yang sedang mengganggu atau menipu dirinya serta merasa dimata-matai atau keyakinannya sedang dibicarakan orang lain.
2) Waham somatik atau hipokondrias
Waham tentang tubuhnya yang tidak benar, misalnya ususnya sudah rusak, kepalanya sudah hancur, atau ada seekor ular dalam perutnya.
3) Waham kebesaran
Keyakinan seseorang bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan yang luar biasa.
4) Waham keagamaan
Waham yang berisi tentang tema agama.
5) Waham dosa
Keyakinan seseorang bahwa dirinya telah berbuat dosa atau sesuatu kesalahan yang besar yang tidak dapat diampuni, atau merasa dirinya bertanggungjawab atas suatu kejadian yang tidak baik.
6) Waham pengaruh
Keyakinan seseorang bahwa dirinya dipengaruhi oleh orang lain atau sesuatu kekuatan aneh.
7) Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dunia ini sudah hancur serta merasa dirinya atau orang lain sudah mati.
4. Proses Terjadinya Waham
Proses terjadinya waham adalah sebagai berikut :
a. Jika seseorang merasa terancam oleh orang lain atau merasa cemas bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi.
b. Seseorang kemudian berusaha untuk menyangkal terhadap persepsi diri atau objek realitas melalui menifestasi, kesan terhadap suatu kejadian.
c. Dilanjutkan dengan memproyeksikan pikiran dan perasaannya terhadap lingkungan sehingga pikiran dan perasaan tersebut akan terlihat dari luar dirinya.
d. Pada akhirnya orang tersebut berusaha untuk memberikan alasan tentang intervensi personal terhadap realitas kepada dirinya sendiri atau orang lain.
5. Manifestasi Klinik
a. Merasa bertanggungjawab terhadap suatu kejadian.
b. Merasa dirinya mempunyai kekuatan super atau kekuatan besar.
c. Curiga, marah, takut ditujukan pada lingkungan atau orang lain.
d. Perhatian menurun, sulit konsentrasi pada suatu aktifitas atau kejadian logis.
e. Pola pembicaraan tidak logis, inkoheren.
f. Pola tidur tidak teratur.
g. Ambifalen : perasaan mendua dalam satu situasi.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aspek fisik
1) Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status, agama, pendidikan, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor CM, ruang dan tanggal pengkajian.
2) Keturunan / genetika
Anggota kaluarga yang memiliki penyakit dengan tanda dan gejala yang sama seperti pasien, atau gangguan jiwa lainnya jika ada disebutkan.
3) Proses fisiologik
a) Riwayat kesehatan lalu
b) Kebiasaan sehari-hari
c) Kebiasaan selera makan
d) Adakah kesulitan BAB/BAK
e) Istirahat dan pola tidur
f) Aktifitas
g) Rokok, obat-obatan dan alkohol
4) Pengkajian
a) Pengkajian seluruh fungsi sistem seperti :
1) Sistem pernapasan
2) Sistem kordiovaskuler
3) Sistem gastrointestinal
4) Sistem genetourinaria
5) Sistem reproduksi
6) Sistem integumen / muskuloskeletal
7) Sistem pancaindra
b) Penampilan
1) Bagaimana penampilan pasien; bersih, rapi atau nyentrik.
2) Bagaimana postur tubuh pasien
3) Bagaimana kontak mata pasien
4) Bagaimana aktifitas motorik pasien
c) Perasaan terhadap body image
1) Bagaimana pasien menilai kondisi tubuhnya
2) Adakah pasien mengalami masalah seksualitas
b. Aspek emosional
1) Afek
a) Bagaimana ekspresi wajah pasien.
b) Apakah ada tanda-tanda klinis berhubungan dengan afek pasien.
2) Mood
a) Kualitas mood
b) Bagaimana kestabilan emosional pasien
c) Apakah ada kesesuaian afek dengan situasi yang dirasakan pasien.
c. Aspek intelektual
1) Berpikir berpusat pada waham
2) Apakah pola pikirnya tidak logis dan dipikirnya sesuai dengan wahamnya.
3) Apakah pasien mampu mengingat semua kejadian
4) Orientasi pasien terhadap situasi.
5) Judment
Apakah pasien mampu menilai perilaku dirinya dengan norma yang berlaku.
6) Wawasan pasien
7) Komunikasi pasien
d. Aspek sosial
1) Konsep diri pasien.
2) Hubungan interpersonal.
3) Faktor kultur lingkungan.
e. Aspek spiritual
1) Falsafah hidup pasien.
2) Konsep sehat sakit.
3) Ketahanan dan pemeriksaan spiritual.
2. Daftar Masalah Keperawatan.
Daftar masalah yang dapat ditimbulkan berdasarkan hasil pengkajian adalah:
a. Resiko tinggi perilaku kekerasa.
b. Perubahan proses pikir: Waham.
c. Gangguan komunikasi verbal.
d. Perubahan proses pikir.
3. Pohon Masalah
Gangguan komunikasi verbal. Resti perilaku kekerasan.
Perubahan proses pikir: Waham.
Gangguan konsep diri.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan pohon masalah diatas adalah:
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan Perubahan proses pikir: Waham.
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir: Waham.
c. Perubahan proses pikir: Waham berhubungan dengan Gangguan konsep diri.
5. Perencanaan
( Standar ASKEP RSJD Surakarta, 2006)
Tujuan umum :
Klien dapat mengontrol wahamnya.
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perwat
b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang munul secara berulang dalam pikiran klien.
c. Klien dapat mengidenfikasi stressor/ pencentus wahamnya.(Triggres Factor).
d. Klien dapat mengidenfikasi wahamnya.
e. Klien dapat mengidenfikasi konsekuensi dari wahamnya.
f. Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara mengheantikan pikiran yang terpusat pada wahamnya.
g. Klien mendapat dukungan keluargga.
h. Klien dapat memamfaatkan obat dengan baik.
Tindakan keperawatan:
1. Bina hubungan salinga percaya dengan klien:
a. Beri salam.
b. Perkenalkan diri, tanyakan nama serta nama panggilan yang disukai.
c. Jelaskan tujuan unteraksi.
d. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan mendampinginya.
e. Yakin bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga.
f. Tunjukan sikap terbuka dan jujur.
g. Perhatikan kebutuhan dasar dan beri bantuan untuk memenuhunya.
2. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya:
a. Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini termasuk hubungan dengan orang berarti, lingkungan kerja, sekolah, dsb.
b. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung/menentang pernyataan wahamnya.
c. Katakan perawat dapat memahami apa yang diceritakan klien.
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya.
a. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatik yang menimbulkan rasa takut, ansietas maupun perasaan tidak dihargai.
b. Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum terpenuhi.
c. Diskusikan dengan klien cara-cara mengtasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian traumatis.
d. Diskusikan dengan klien apakah ada halusinasi yang meningkatkan pikiran/perasaannya yang terkait wahamnya.
e. Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan wahamnya.
4. bantu klien mengidentifikasi keyakinannya yang salah tentang situasi yang nyata (bila klie sudah siap).
a. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa berargumentasi.
b. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan klien.
c. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.
d. Diskusikan frekuensi, intensitas dan durasi terjadinya waham.
e. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan salah oleh klien.
5. (1) Diskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman yang tidak menguntungkan sebagai akibat dari waham seperti:
a. Hambatan dalam berinteraksi dalam keluarga.
b. Hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain.
c. Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Perubahan dalam persentasi kerja/sekolah.
(2) Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan bantuan dari orang lain.
(3) Diskusikan dengan klien orang/tempat ia minta bantuan apabila wahamnya timbul/sulit dikendalikan.
6. (1) Diskusikan hobi atau aktivitas yang disukainya.
(2) Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan fisik.
(3) Ikut sertakan klien dengan aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu luang.
(4) Libatkan klien dalam TAK orientasi realita.
(5) Bicara dengan klien topik-topik yang nyata.
(6) Anjurkan klien untuk bertanggung jawab secara peronal dalam mempertahankan/meningkatkan kesehatan dan pemulihanya.
(7) Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif.
7. (1) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi waham.
(2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham.
(3) Jelaskan pada keluarga tentang: Pengertian waham, Tanda dan gejala waham, Penyebab dan akibat waham, Cara merawat klien waham.
(4) Latih keluarga cara merawat waham.
(5) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.
(6) Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatkannya merawat klien dirumah sakit.
8. (1) Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
(2) Pantau klien saat penggunaan obat. Beri pujian Jika klien menggunakan obat dengan benar.
(3) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
6. Implementasi
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ada lima prinsip utama yang perlu diperhatikan, khususnya pada pasien dengan waham, yaitu :
a. Psiko terapeutik
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Membantu meningkatkan harga diri pasien
3) Membantu pasien dalam menggunakan mekanisme koping yang konstruktif dalam menghadapi masalah.
b. Lingkungan terapeutik
1) Menciptakan lingkungan fisik yang dapat menguatkan realita.
2) Menciptakan lingkungan sosial.
3) Memberi pujian atas keberhasilan pasien.
c. Kegiatan / aktifitas sehari-hari
1) Membantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Membimbing pasien mempertahankan keseimbangan sehari-hari
3) Membimbing pasien melaksanakan perawatan dirinya.
d. Somatik
Memberikan kebutuhan sesuai yang dibutuhkan, membujuk dan memberikan peringatan jika pasien menolak untuk minum obat, mengajak bicara untuk meyakinkan obat yang diminum.
e. Pendidikan kesehatan
1) Membantu pasien mengenal wahamnya.
2) Mengikutsertakan keluarga dalam menangani masalah pasien.
7. Evaluasi
Kriteria Evaluasi:
1. Setelah 5 x intraksi klien:
a. Mau menerima kehadiran perawat disampingnya.
b. Mengatakan mau menerima bantuan perawat
c. Tidak menunjukan tanda-tanda curiga
d. Mengijinkan dudukdisamping
2. Setelah 5 x intraksi klien
Klien menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncull secara berulang dalam pikirannya.
3. Setelah 5 x intraksi klien:
b. Dapat menyebutkan kejadian-kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan /kebutuhsn dasar yang tidak dipenuhi seperti :hargadiri,rasa aman dsb.
c. Dapat menyebukan hubungan antara kejadian traumatis atau kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya.
4. Setelah 5 x intraksi klien: Menyebutkan perbedaan pengalaman nyata dengan pengalaman wahamnya.
5. Seteleh 5 x interaksi: Klien menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang diakibatkan ide-ide fikiranya yang tidak sesuai dengan kenyataan seperti:
a. Hubungan dengan keluarga.
b. Hubungan dngan orang lain.
c. Aktivitas sehari-hari.
d. Pekerjaan.
e. Sekolah.
f. Prestasi, dsb.
6. Setelah 5 x intraksi klien:
Melakukan aktivitas yang konstruktifsesuai dengan minatnya yang dapat mengalihkan fokus klien dari wahamnya.
7. (1) Setelah 5 x intraksi klien:
Keluarga menjelaskan tentang:
a. Pengertian waham.
b. Tanda dan gejala waham.
c. Penyebab dan akibat waham.
d. Cara merawat klien waham.
(2) Setelah 5 x intraksi klien:
Keluarga dapat mempraktekan cara merawat klien waham.
8. (1) Setelah 5 x intraksi klien menyebutkan:
a. Manfaat minum obat.
b. Kerugian tidak minum obat.
c. Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
(2) Setelah 5 x intraksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
(3) Setelah 5 x intraksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar