BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
- Pengertian
a.
Menurut Kelliat 1995, amuk
merupakan kemarahan yang paling maladaftip yang ditandai dengan perasaan marah
dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol individu dimana individu
tersebut dapat merusak dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
b.
Menurut Townsend 2000, amuk
(aggresion) adalah tingkah laku yang bertujuan untuk mengancam atau melukai
diri sendiri dan orang lain juga diartikan sebagai perang atau menyerang.
c.
Menurut Varcolaris 1994, amuk
adalah tindakan kekerasan yang bertujuan untuk menyelesaikan tujuan dimana
individu tidak dapat menemukan cara lain, biasanya dipicu oleh perasaan marah,
frustasi dan harga diri rendah.
Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas maka
dapat kita simpulkan bahwa amuk merupakan suatu tindakan kekerasan yang dapat
membayakan diri sendiri maupun orang lain yang ditandai dengan ekspresi
kemarahan, melakukan tindakan yang berbahaya, mengeluarkan kata-kata ancaman
dan melukai dari tahap yang paling ringan sampai berat/serius.
- Faktor-faktor yang menimbulkan amuk
a.
Faktor Predisposisi
1)
Psikologis
Suatu kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat menimbulkan sikap agresif/ amuk. Pada masa anak-anak,
faktor penyebab seperti perasaan ditolak, dihina, dianiaya dan saksi
penganiayaan dapat menimbulkan prilaku amuk pada masa remaja ataupun dewasa.
2)
Perilaku
a)
Reinforcement yang diterima saat
melakukan kekerasan .
b)
Sering mengobservasi kekerasan di
rumah/ di luar rumah menstimulasi individu mengadopsi prilaku kekerasan.
3)
Sosial budaya
a)
Kontrol yang tidak pasti terhadap
prilaku kekerasan.
b)
Budaya tertutup dan membalas
secara diam-diam (pasif-agresif).
c)
Menciptakan situasi seolah-olah
prilaku kekerasan diterima (Permisive).
4)
Bioneurologis
Kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakmampuan interpesonal bisa menjadi penyebab prilaku kekerasan.
b.
Faktor Presipitasi
1)
Pasien, seperti: kelemahan fisik,
keputusasaan, ketidakberdayaan dan kurang percaya diri.
2)
Lingkungan, seperti: lingkungan
yang berisik, padat, kritik yamg mengarah pada penghinaan pada kehilangan dan
kehilangan orang yang dicintai.
- Patofisiologi
Proses terjadinya amuk dimula dari kemarahan
yang timbul sebagai akibat adanya ancaman integritas diri atau keutuhan
(Rawlin, Cit Keliat, 1992).
Patoflowdiagram
Ancaman terhadap kebutuhan
Stres
Cemas
Merasa kuat Mengungkapkan secara verbal Merasa tidak adekuat
Menantang Menjaga keutuhan orang lain Menarik diri
Masalah tidak selesai Lega Mengingkari marah
Marah berkepanjangan Ketegangan menurun Marah tidak terungkap
Rasa marah teratasi
Muncul rasa bermusuhan
Marah pada diri sendiri Rasa bermusuhan menahun Marah pada orang lain
Depresi psikosomatik Agresif/ amuk
- Tanda dan gejala
a.
Didapatkan melalui observasi dan
wawancara
1)
Observasi, seperti muka merah,
pandangn tajam, nada suara tinggi, berdebat, memakskan kehendak, merampas
makanan dari oang lain dan memukul jika tidak senang.
2)
Wawancara, didapatkan data-data
penyebab marah dan tanda-tanda marah yang dirasakan klien.
b.
Tanda dan gejala verbal dan non
verbal
1)
Verbal
a)
Berargumentasi dan berteriak
b)
Banyak menuntut, mengeluh dan
mengekspresikan tujuan ke orang lain dengan mengancam.
c)
Gangguan berfikir
d)
Disorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang.
2)
Non verbal
a)
Aktivitas motorik meningkat.
b)
Postur mengaku sambil
mengencangkan kepalan tangan dan rahang.
c)
Ekspresi wajah marah.
d)
Mengurangi kontak mata, exstement.
e)
Diam yang ekstrim.
- Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2
yaitu:
a.
Medis
1)
Nozinan, yaitu sebagai pengontrol
prilaku psikososia.
2)
Halloperidol, yaitu mengontrol
psikosis dan prilaku merusak diri.
3)
Thrihexiphenidil, yaitu mengontro
perilaku merusak diri dan menenangkan hiperaktivitas.
4)
ECT (Elektro Convulsive Therapy),
yaitu menenangkan klien bila mengarah pada keadaan amuk.
b.
Penatalaksanaan keperawatan
1)
Psikoterapeutik
2)
Lingkungan terapieutik
3)
Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
4)
Pendidikan kesehatan
B.
Konsep Dasar Keperawatan
- Pengkajian
a.
Faktor predisposisi
v Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang (biologis).
v Trauma karena aniaya fisik, seksual atau tindakan kriminal.
v Tindakan antisosisal.
v Penyakit yang pernah diderita.
v Gangguan jiwa dimasa lalu
v Pengadaan sebelumnya.
1)
Aspek psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psiklogis klien. Sikap atau keadaan yang dapat memepengaruhu jiwa amuk
adalah: penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien. Pola asuh pada usia
anak-anak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih sayang , diwarnai
kekerasan dalam keluarga merupakan resiko gangguan jiwa amuk.
2)
Aspek sosial budaya
Kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan terisolasi,
disertai strees yang menumpuk, kekerasan dan penolakan.
3)
Aspek spiritual
Klien merasa berkuasa dan dirinya benar, tidak bermoral.
b.
Faktor fisik
1)
Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis,
pendidikan dan pekerjaan.
2)
Keturunan
Adalah keluarga berpenyakit sama seperti klien atau
gangguan jiwa lainya, jika ada sebutkan.
3)
Proses psikologis
a)
Riwayat kesehatan masa lalu
-
Apakah klien pernah sakit/
kecelakaan
-
Apakah sakit tersebut mendadak/
menahun dan meninggalkan cacat.
b)
Bagaimana makan minum klien
c)
Istirahat tidur
d)
Pola BAB/BAK
e)
Latihan
f)
Pemeriksaan fisik
-
Fungsi sistem, seperti pernapasan,
kardiovaskular, gastrointestinal, genitourineri, integumen dan paru udara.
-
Penampilan fisik, berpakaian
rapi/tidak rapi, bersih, postur tubuh (kaku, lemah, rileks, lemas).
c.
Faktor emosional
Klien merasa tidak aman, merasa terganggu, dendam, jengkel.
d.
Faktor mental
Cenderung mendominasi, cerewet, kasar, keremehan dan suka
berdebat.
e.
Latihan
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran.
- Masalah Keperawatan
a.
Daftar masalah
1)
Resiko tinggi kekerasan; terhadap
diri sendiri dan orang lain dan lingkungan.
2)
Koping keluarga tidak efektif.
b.
Diagnosa keperawatan
1)
Resiko tinggi kekeasan: mencedarai
diri sendiri/ orang lain dan lingkungan.
2)
Koping keluarga tidak efektif: gangguan persepsi
- Perencanaan
Diagnosa 1:
-
Tujuan umum: klien tidak
menciderai orang lain dan diri sendiri
-
Tujuan khusus:
o
Klien dapat membina hubungan
saling percaya
o
Klien dapat mengenal amarahnya
o
Klien dapat mengendalikan emosinya
o
Klien dapat dukungan dari
keluarganya untuk mengontrol amarahnya.
o
Klien dapat memanfaatkan obat
sebaik mungkin.
-
Kriteria hasil
o
Klien mampu mendemonstrasikan
kemampuan mengendalikan diri seperti relaksasi tubuh.
o
Klien mampu memahami situasi yang
nyata.
o
Klien dapat berpartisipasi dalam
program pengobatan.
-
Intervensi
Ø Dirikansebuah kepercayaan dalam diri klien, seperti: jangan berusaha
berdebat/ menentang amuknya, yakinkan klien bahwa dia dalam keadaan aman dan
jangan tinggalkan klien sendirian.
Rasional: menghindari
kecurigaan dan menimbulkan keterbukaan.
Ø Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional:
memperkirakan kemungkinan terjadi kekerasan.
Ø Kaji persepsi sensori klien yang dapat menimbulkan keinginan melakukan
kekerasan.
Rasional: memahami
isi pikir klien sehingga dapat mengetahui perubahan isi pikir klien.
Ø Jangan menerima/ mengkritik isi pikir klien yang salah.
Rasional: hal
tersebut dapat menimbulkan konflik yang dapat menghambat proses interaksi.
Ø Pertahankan sikap yang tenang terhadap klien.
Rasional: ansietas
perawat memancing klien lebih agitasi.
Ø Ajarkan klien latihan relaksasi.
Rasional: membantu
mengatasi meningkatnya stimulus.
Ø Kolaborasi dengan tim medis dalam pembrian obat-obatan tranquilizer dan
pantau keevektifitasannya dan efek sampingnya.
Rasional: sebagai
pengontrol prilaku psikosis dan penenang hiperaktivitas.
- Implementasi
Ada 5 prinsip utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien
khususnya, pada kien amuk/ kekerasan yaitu:
a.
Psikoterapiutik
1)
Membina hubungan saling percaya
2)
Membantu meningkatkan harga diri
3)
Membantu koping klien
b.
Lingkungan terapiutik
1)
Lingkungan yang bersahabat
2)
Pujian atas keberhasilan klien
c.
Kegiatan hidup sehari-hari
1)
Membantu memenuhi aktivitas
sehari-hari
2)
Membimbing klien dalam perawatan
diri.
d.
Somatik
Memberi obat sesuai ketentuan, membujuk klien untuk minum
obat.
Pendidikan kesehatan
1)
Membantu klien mengenal
penyakitnya.
2)
Mengikutsertakan keluarga dalam
mengatasi masalah klien.
- Evaluasi
a.
Pada klien
1)
Klien tidak menciderai diri dan
orang lain.
2)
Klien mampu mempertahankan
hubungan akrab dengan orang lain.
3)
Klien mampu merawat diri secara
optimal.
4)
Klien dapat mengontrol terjadinya
amuk dengasn koping aktivitas kelompok.
b.
Pada keluarga
1)
keluarga dapat memberi support
sistem yang positif untuk menyembuhkan klien.
2)
Keluarga mampu merawat klien
3)
Keluarga mampu mengetahui kegiatan
apa yang perlu klien lakukan dirumah ( buat jadwal ).
4)
Keluarga mengetahui cara pemberian
obatdengan benar dan waktu follow up.
- Perencanaan pulang
Perawatan dirumah sakit akan lebih bermakna
jika dilanjutkan dirumah. Untuk itu semua rumah
sakit perlu membuat perencanaan pulang. Perencanaan pulang dilakukan
sesegera mungkin setelah klien dirawat dan diintegrasikan didalam proses
keperawatan.
Jadi bukan persiapan yang dilakukan pada hari
atau sehari sebelum klien pulang.
Tujuan perencanaan pulang:
a.
Menyiapkan klien dan keluarga
secara fisik, psikologis dan sosial.
b.
Klien tidak menciderai diri, orang
lain dan lingkungannya.
c.
Klien tidak terisolasi sosial
d.
Menyelenggarakan proses pulang
yang bertahap ( Kelliat, 1992).